Sabtu, 05 Juli 2014

Indonesia Seperti Kapal Tua

Kutipan kata-kata ataupun kalimat berikut ini gue ambil dari penampilan stand up comedy si abdur pas malam grand final SUCI4 yang berbicara tentang politik. Sungguh hebat karena inilah curahan hati anak bangsa yang ingin melihat Indonesia berubah menjadi lebih baik. Anak Indonesia yang berusaha agar suara rakyat didengarkan. Selamat menikmati dan selamat berpikir untuk menentukan calon nahkoda kapal tua kita selanjutnya.

Melihat Indonesia seperti "kapal tua" yang berlayar tak tau arah.
Arahnya ada hanya nahkoda kita yang tidak bisa membaca.
Mungkin dia bisa membaca tapi tertutup hasrat membabi buta.
Hasrat hidupi keluarga, saudara, kolega, dan mungkin istri muda.
Indonesia itu memang seperti kapal tua dengan penumpang berbagai rupa.
Ada dari sumatra, jawa, madura, sumbawa, hingga papua bersatu dalam nusantara.
6 kali sudah kita ganti nahkoda tapi masih jauh dari kata sejahtera.
Dari dulu dari teriakan kata "Merdeka" sampai sekarang "Follback dong kakak".

Nahkoda pertama, sang proklamator bersama Hatta membangun dengan semangat pancasila dan terkenal dikalangan wanita.
Ia pernah berkata "Mampu guncangkan dunia dengan 10 pemuda".

Nahkoda kedua, 32 tahun berkuasa.
Datang dengan program bernama "Pelita".
Bapak pembangunan bagi mereka, tapi bagi saya tidak ada bedanya.
Penumpang bersuara berakhir di penjara atau hilang di lautan tanpa berita.

Nahkoda ketiga, sang wakil yang naik tahta.
Mewarisi pecah belahnya masa orba.
Belum sempat menjelajah samudera, ia terhenti di tahun pertama.
Dibanggakan di eropa, dipermainkan di Indonesia.
Jerman dapat ilmunya, kita dapat apa ? Antrian panjang nonton filmnya.

Nahkoda selanjutnya, sang kiai dengan hati terbuka.
Ia terhenti dalam sidang istimewa ketika tokoh-tokoh reformasi berebut istana.

Nahkoda kelima, nahkoda pertama seorang wanita.
Dari tangan ibunya bendera pusaka tercipta.

Nahkoda keenam bagian A, kenapa bagian A ? sengaja biar rimanya tetap A.
Dua kali pemilu mengungguli pemilihan suara.
Dua kali disumpah atas nama garuda.
Tapi itu hanya awal cerita.
Cerita panjangnya terpampang dibanyak media.
Lapindo, munir, century, hambalang.
"Kami Menolak Lupa".

Kini 2014 telah tiba.
Saatnya kita kembali memilih nahkoda.
Pastikan dia yang mengerti "Bhineka Tunggal Ika" bukan "Boneka Milik Amerika".
Dia yang mengerti suara kita suara kalau Indonesia "Bisa".
Bukan suara "Aitakatta, eaea, atau follback dong kakak".

Inilah cerita kapal tua kita.